Selasa, 21 Mei 2019

Senyuman Dahlan saat Ditahan | Tetaplah Menulis Pak!

Toming Sek
  - Kaget juga ketika melihat 'berita penghancuran' alias 'breaking news' dari televisi. Dalam berita tersebut Dahlan Iskan ditahan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Berita yang sangat singkat tapi langsung menusuk.

Sebelumnya, selama beberapa hari saya juga membaca berita tentang pemeriksaan Dahlan Iskan oleh Kejati Jawa Timur dalam koran Jawa Pos. Dalam berita yang ditulis di Jawa Pos diberitakan bahwa Dahlan Iskan sangat membantu penyidik dalam pemeriksaan. Dalam berita tersebut juga dijelaskan bahwa Dahlan Iskan sangat membantu kooperatif dan hanya diperiksa untuk melengkapi berkas untuk tersangka lain.

Tulisan ini tidak sedang membahas berita korupsinya. Tetapi membahas Dahlan Iskan dari segi kepenulisan. Dahlan Iskan adalah orang media. Sebelum menjadi Dirut PLN dan Menteri BUMN (jabatan tertinggi selama karirnya mengabdi untuk negara), dia adalah dirut Jawa Pos.


Dia mengawali karir sebagai wartawan. Kemudian 'menyelamatkan' Jawa Pos dari kehancuran. Bahkan sampai menjadikannya koran nasional dengan jaringan yang sangat luas dan banyak. Bahkan mungkin mejadi satu-satunya koran nasional yang terbit di luar Jakarta.

Melalui koran yang sekarang dipimin oleh anaknya, Azrul, Dahlan Iskan memberikan semangat positif dalam bentuk tulisan. Ketika menjadi menteri BUMN, Dahlan punya kolom sendiri yang diberi nama manufacturing hope. Harapan dalam bidang manufaktur, sesuai dengan posisinya sebagai menteri Badan Usaha Milik Negara.

Melalui manufacturing hope Dahlan Iskan berusaha menjelaskan kebijakan yang diambil. Tak jarang juga Dahlan Iskan menjelaskan mengapa BUMN ini dan BUMN itu merugi, kendalanya, dan peluangnya. Melalui tulisan itu pula, Dahlan Iskan telah menunjukkan kepada masyarakat, setidaknya kepada saya selaku penikmat tulisannya, bahwa Indonesia memiliki banyak sekali BUMN, ada yang kolaps, ada yang segan matipun tak mau (ini istilah yang digunakan Dahlan Iskan juga), ada pula yang berhasil bangkit.



BUMN yang berhasil bangkit ini memang yang diatur khusus oleh Dahlan Iskan seperti mengatur perusahaannya sendiri. Pemimpin BUMN yang dirasa tidak 'becus' diganti dengan tenaga baru yang energik, hasilnya dengan sokongan dari BUMN lain dan kementerian BUMN, berhasillah bangkit.

Melalui tulisan-tulisan dalam manufacturing hope pula Dahlan Iskan berusaha menunjukkan optimisme terhadap seluruh warga bangsa Indonesia. Dia sering sekali menunjukkan dan menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia memiliki keahlian yang tidak dapat diremehkan di berbagai bidang. Yang menjadi kendala, hanya masalah kebijakan pemerintah dan kesempatan bagi mereka (para ahli) untuk mengaplikasikan keahlian mereka untuk bangsa Indonesia.

Beberapa tulisan Dahlan Iskan yang saya ingat adalah, orang Indonesia punya BUMN bidang peternakan dan perkebunana. Dahlan Iskan menerima usulan dari orang-orang yang kompeten di bidang tersebut. Dia menyetujui jika ada lahan perkebunan juga bisa dijadikan lahan penggembalaan ternak. Memang ini bukan hal baru, sejak saya SD, 18 tahun lalu, sudah ada istilah tumpang sari. Memelihara ikan di sawah yang sedang ditanami padi. Padi panen, ikan juga panen. Hasil dua kali.

Sekali lagi, melalui tulisan-tulisannya, Dahlan Iskan telah menginspirasi dan menumbuhkan optimisme kepada warga Indonesia. Bahkan tulisan-tulisan Dahlan Iskan direproduksi dalam bentuk meme yang tersebar melalui jejaring sosial. Salah satu kutipan dalam meme Dahlan Iskan yang paling ngetop (versi saya sendiri) yang intinya berbunyi: habiskan jatah gagalmu!

Dahlan Iskan, setelah tidak menjabat menjadi Menteri karena berakhirnya masa kerja Kabinet SBY-Boediono, mencoba mendaftar untuk menjadi salah satu kandidat calon presiden. Tetapi karena tidak berhasil mencalonkan diri, kemudian dia mendeklarasikan dukungan kepada calon presiden nomor urut 2, Jokowi.

Setelah Jokowi sukses memenangi pilpres, dia digadang-gadang lagi masuk menjadi menteri. Bahkan bebapa jajak pendapat daring menunjukkan bahwa dia mendapat dukungan dari publik yang cukup besar. Hingga akhirnya Jokowi menetapkan tim kabinetnya, namanya tidak pernah masuk.

Sejak saat itu, Dahlan Iskan memutuskan untuk menjadi warga biasa. Tetapi dia tidak berhenti menulis. Dia tetap menulis melalui kolom New Hope masih dalam koran Jawa Pos. Dahlan Iskan tetap menyebarkan semangat optimisme melalui tulisan.

Masalah kemudian datang, dia disebut-sebut korupsi saat menjadi dirut PLN. Dahlan Iskan disangka korupsid dalam pengadaan barang di PLN. Akhirnya dia menyangkalnya melalui tulisan. Publik lebih percaya kepada Dahlan Iskan. Takut koran Jawa Pos dianggap menjadi corong pribadi, saat dijadikan tersangka, Dahlan Iskan memaparkan alasannya melalui portal gardudahlan.com. Melalui praperadiilan, Dahlan Iskan bebas dan status tersangka dilepskan darinya.

Kini, Dahlan Iskan kembali dijadikan tersangka. Melalui pernyataan singkat di depan awak media dia mengatakan bahwa tidak kaget, dengan senyum sumringah khasnya. Menurutnya, dia sudah mengetahui bahwa dia sudah dibidik terus oleh penguasa saat ini.

Dahlan Iskan juga mengatakan bahwa, dia ditahan karena tanda tangan berkas yang telah disiapkan oleh bawahannya. Dia tidak pernah korupsi, tidak pernah mendapat gratifikasi, bahkan dia menyatakan bahwa dia ikhlas mengabdi untuk negeri ini bahkan sampai tidak digaji. Tatapi justru dijadikan pesakitan.

Dulu, ketika menjadi tersangka, Dahlan Iskan masih bisa menebarkan semangat positif melalui GarduDahlan. Sekarang dia ditahan di Rutan Medaeng, yang jelas tidak mungkin lagi dia menulis secara langsung. Tetapi penulis yang hebat biasanya jadi lebih hebat ketika sedang ditahan.

Buya Hamka berhasil menyelesaikan tafsirnya ketika ditahan. Pramoedya Ananta Toer justru menghasilkan tetralogi yang fenomenal saat ditahan sebagai tahanan politik di Pulau Buru dan menulisn karyanya di kertas bungkus semen. Mungkin Dahlan Iskan juga akan lebih keren tulisannya saat di dalam tahanan.

Tanpa bermaksud melakukan justifikasi, setidaknya saya secara pribadi menghormati si Koboi ini. Pemimpin yang keren dan lebih suka memaki sepatu kets daripada pantofel. Salah tidaknya Dahlan Iskan, kita lihat prosesnya.

Tetap senyum Pak Dahlan!

Tabik!