Sabtu, 18 April 2020

Keunikan Arsitektur Bangunan Peninggalan Islam

Toming Sek
Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia. Beberapa peninggalan tersebut sampai dengan saat ini masih banyak ditemukan di berbagai daerah. Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan yaitu keraton, masjid, dan makam.

1. Keraton
Keraton merupakan bangunan tempat tinggal raja dan keluarganya. Beberapa keraton atau istana yang merupakan peninggalan kerajaan Islam adalah sebagai berikut.
  • Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa Tengah).
  • Kasultanaan Jogjakarta (Jogjakarta).
  • Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa Barat).
  • Kasultanan Ternate (Maluku Utara).
  • Kasultanan Deli (Sumatra Utara).
Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia Keunikan Arsitektur Bangunan Peninggalan Islam

Keraton adalah tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan dan sebagai tempat tinggal raja beseta keluarganya. Bangunan utama keraton dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil. Di depan keraton terdapat halaman luas yang disebut sebagai alun-alun. Fungsi alun-alun antara lain untuk:
  • Pertemuan sultan / raja dengan rakyatnya
  • Latihan perang bagi prajuritnya
  • Tempat hiburan, pesta atau perayan-perayaan tertentu

Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta memiliki seni arsitektur bercita rasa nusantara, indah, dan unik. Hal tersebut dapat dilihat dari tata ruang dan hiasan-hiasan atau ornamentornamen yang terdapat di dalamnya. Arsitek pembangunan Keraton Yogyakarta adalah Sultan Hamengkubuwono I. Secara umum, Keraton Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti, yakni Siti Hinggil Ler, Kamandhungan Ler, Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul, dan Siti Hinggil Kidul.

Bangunan di setiap kompleks berbentuk joglo. Ada joglo yang tertutup yang disebut gedhong. Banyak juga terdapat joglo terbuka tanpa dinding, yang disebut bangsal. Permukaan atap joglo biasanya berwarna merah dengan bentuk trapesium. Bahan atap terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng. Atap tersebut ditopang dengan oleh tiang utama yang berada di tengah bangunan yang disebut soko guru dan tiang-tiang lain yang umumnya berwarna kuning, hijau muda, merah atau emas. Di setiap daun pintunya terbuat dari kayu jati yang sangat tebal. Setiap regolnya memiliki hiasan khas jawa tradisional.

Keraton Kasunanan Surakarta
Keraton Surakarta dibangun oleh Pakoe Boewono II pada tahun 1745 Masehi sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Di Keraton Kasunanan Surakarta terdapat Art Gallery. Beberapa koleksi yang ada diantara lain kereta kencana, bermacam-macam senjata, wayang kulit dan benda-benda peninggalan jaman dulu lainnya.

Bangunan Keraton Kasunanan Surakarta terdiri dari bangunan inti dan lingkungan pendukungnya seperti Gapura (pintu gerbang) yang disebut Gladag pada bagian Selatan. Kemudian ada dua Alun-alun di sebelah Utara dan Selatan kompleks Keraton. Juga terdapat Masjid Agung dan Pasar Batik yang terkenal yaitu Pasar Klewer. Kyai Slamet, Kerbau putih yang dikeramatkan sebagai salah satu pusaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu berukuran lebar sekitar lima ratus meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter. Kompleks keraton yang berada di dalam dinding adalah dari Kemandungan Lor/Utara sampai Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi tembok pertahanan ini.

Keraton Kasepuhan dan Kanoman Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1452 oleh Pangeran Cakrabuana. Ia bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama 'Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.

Di dalam kompleks Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsi tersendiri. Bangunan utama yang terletak di tengah bernama Malang Semirang dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT.

Bangunan di sebelah kiri bangunan utama bernama Pendawa Lima dengan jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan ini tempat para pengawal pribadi sultan. Bangunan di sebelah kanan bangunan utama bernama Semar Tinandu dengan 2 buah tiang yang melambangkan Dua Kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat Sultan/Penghulu.

Keraton Kanoman Cirebon
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari bangunan kuno.

Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di Cirebon. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon. Dan yang tidak kalah penting dari Keraton di Cirebon adalah keraton selalu menghadap ke utara. Dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul dan pasar sebagai pusat perekonomian, di sebelah timur keraton selalu ada masjid.

Keraton Kesultanan Ternate
Keraton sultan Ternate dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tanggal 24 November 1810 terletak diatas bukit limau santosa dan di dalamnya menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah tinggi dan merupakan kekayaan sejarah bangsa Indonesia.

Istana yang dikelilingi perbentengan ini, berubah fungsi menjadi Museum Kesultanan Ternate, yang menyimpan, merawat dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan seperti senjata, pakaian besi, pakaian kerajaan, perhiasan, mahkota, topi-topi perang (helmet), alat-alat rumah tangga, naskah-naskah (Al Quran kuna, maklumat, surat-surat perjanjian) dan sebagainya. Senjata-senjata yang dipamerkan antara lain senapan, meriam kecil, peluru-peluru bulat, tombak, parang dan perisai. Pada pintu depan istana, terdapat plakat beraksara Arab dan terjemahan dalam bahasa Melayu, yang intinya mengenai pembangunan istana pada 30 Dzukqiddah 1228 Hijriah atau 1871 Masehi.

Istana Kesultanan Deli
Istana Maimun ini dibangun oleh Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah penguasa Kesultanan Deli dari tahun 1873 sampai 1924, yang merupakan Sultan Deli ke-IX. Istana Maimun dibangun dengan desain dari seorang arsitek Italia pada tahun 1888. Sebagai warisan Kesultanan Melayu-Deli, Istana Maimun didominasi dengan warna kuning, khas Melayu.

Pengaruh Islam terlihat dalam bentuk kurva atau arcade di beberapa bagian atap istana. Kurva yang berbentuk kapal terbalik yang dikenal dengan Persia Curve sering dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India.

2. Masjid
Masjid adalah tempat untuk beribadah umat Islam. Pada umumnya, setiap kerajaan Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid. Contoh peninggalan sejarah berupa masjid adalah sebagai berikut.
  • Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak.
  • Masjid Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1879–1881.
  • Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan Ageng Tirtayasa.
  • Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus.

Masjid Kudus
Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamata Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini diperkirakan didirikan pada tahun 956 H atau 1537 M oleh Sunan Kudus. Dia adalah salah satu dari Walisanga, penyebar agama Islam di Jawa.

Salah satu keistimewaan dari Masjid Kudus dalah Menara Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan pada bentuk candi corak Jawa Timur. Regol-regol serta gapura bentar yang terdapat di halaman depan, serambi, dan dalam masjid bercorak kesenian klasik Jawa Timur. Regol adalah pintu gerbang yang berbentuk paduraksa yaitu gapura yang memiliki atap dan daun pintu. Konon regol merupakan pintu gerbang untuk memasuki suatu tempat yang di anggap sakral. Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam.

Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo.

Masjid Agung Demak terbuat dari kayu jati, atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga.

Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.

Atap masjid ini bersusun lima dengan bagian kiri dan kanannya terdapat masing-masing serambi. Atapnya yang bertumpuk lima berbeda dengan masjid di Jawa umumnya yang bertumpuk tiga. Sebuah pengaruh arsitektur China terlihat di sana sini mengingat salah satu arsiteknya adalah Tjek Ban Tjut (Pangeran Adiguna) yang berasal dari. Atap lima tumpuk itu mempunyai makna 5 Rukun Islam.

Pintu masuk Masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman. Enam pintu itu dibuat pendek agar setiap jamaah menunduk untuk merendahkan diri saat memasuki rumah Tuhan. Jumlah 24 tiang masjid menggambarkan waktu 24 jam dalam sehari.

Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam. Mesjid yang memiliki arsitektur yang mengadaptasi gaya Moghul (India). sangat indah dan megah ketika dipandang, sehingga beberapa orang menyebut bahwa keindahan mesjid ini mirip dengan keindahan bangunan Taj Mahal yang ada di India.

Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Waktu gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh, mesjid ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota yang selamat di sini.
    3. Makam

    Makam adalah tempat kediaman terakhir seseorang yang telah meninggal dunia. Pada zaman dahulu, pemakaman berada di perbukitan dengan bentuk dan susunan yang berundak-undak. Makam kuno bercorak Islam terdiri dari:
    • Jirat atau kijing, yaitu bangunan yang dibuat dari batu yang berbentuk persegi panjang dengan arah lintang utara atau selatan.
    • Batu Nisan, yaitu tonggak pendek dari batu sebagai tanda kubur yang biasanya di ujung utara dan selatan jirat.
    • Cungkup, yaitu bangunan mirip rumah yang terdapat di atas jirat.

    Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain. Beberapa peninggalan berupa makam antara lain sebagai berikut :
    • Makam Sultan Malik as Shaleh dan Sultan Iskandar Muda (di NAD)
    • Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gresik, Jawa Timur)
    • Makam raja-raja Gowa–Tallo (di Makassar, Sulawesi Selatan).